Monday, July 30, 2007

Barokah, barokah...

Memahami makna barokahnya rizki, terkadang sulit. Apalagi jika kita dituntut me-nyenyumi duit yang hanya cukup buat seminggu padahal masih ada 3 minggu lagi. Pasti rata-rata kita sepakat bahwa itu tak akan cukup. Yah, senyum kala itu terasa pahit di hati, rumit di akal, dan seterusnya dan seterusnya. Tapi ini ada kisah menarik yang baik untuk kita simak.
Seorang istri yang memandang nelangsa pada rupiah yang ada di tangannya. Hanya cukup untuk biaya beberapa hari dan itupun masih ditambah dengan pengeluaran tak terduga yang tak terjadwal sebelumnya. Masih ada beberapa hari lagi yang belum tau darimana diperoleh anggarannya sebelum jadwal menerima salary bulan berikutnya. Si istri menatap uang tersebut sambil diikuti pandangan suaminya yang sangat-sangat mengerti apa yang kini menggelayuti pikiran istrinya.
Maka ia mendekati istrinya dengan senyum yang tak bisa dipahami istrinya. Masih bisa tersenyum?
Tanpa menunggu keluhan dari lisan istrinya, sang suami langsung berujar " Bu, jika di dalam rizki kita itu ada barokahnya, insyallah dana yang sedianya hanya cukup buat seminggu bisa kita nikmati untuk sebulan." Maka si istri tersenyum nestapa. Alangkah simplenya suamiku. Hukum fisika mana, prinsip ekonomi mana, rumus matematika apa yang bisa menjelaskan fakta irrasional barusan?
Lalu detikpun berlalu tanpa debat yang menambah beban masalah, begitu si istri berfikir. Yah, tahu apa suamiku tentang benang kusut yang kini memintal otot2 kepalaku?
Jangan tunggu keajaiban itu terjadi sebelum kita tahu betapa dia memang selalu hadir buat orang-orang yang yakin. Bersambung........