Wednesday, December 12, 2007

Epilog Hati


Bismillah, Peace may be upon you!!!
The beauty of a woman is not in the clothes she wears, The figure she carries, or the way she combs her hairs. The beauty of a woman must be seen from her eyes. Because that is the doorway to her heart, The place where love resides. The beauty of a woman is not the facial mole, But true beauty in a woman is reflected in her soul. It is caring that she lovingly gives, The passion that she shows. The beauty of a woman, With passing years-only grows.
One day, when we need to read our deep soul…
Sayangku…
Inilah yang ingin kusampaikan padamu, saat rindu menghampiri kesibukanku. Yah, kesibukan yang aku jalani sebagai salah satu caraku menepis rasa aneh itu. Kata orang itu namanya ”rindu”. Kenapa aku merindukanmu? Barangkali memang karena kita tidak pernah bertemu. Bodoh nian kupikir, ada yang mengatakan rindu pada sosok yang begitu akrab dalam kesehariannya. Justru itulah penyebab rinduku padamu. Kita tak pernah bertemu.

Sayangku, ...
Tolong pahami aku. Aku begitu sulit lari dari kesendirianku ini. Terkadang aku merasa sendiri menjalani hari-hari. Apalagi saat aku rapuh. Sandaran iman di dadaku melemah. Duhai... waktu harus bisa menjawabnya...

Sayangku,...
Untungnya ada di sini, di tempat dimana kau titipkan aku. Kau selalu berdo’a untukku agar Ia temani sepiku dan Ia rengkuh aku dalam damainya cinta Hakiki. Senantiasa kau jadikan itu membasahi dzikirmu. Agar aku nyaman dalam kerinduan sejati. Rindu bertemu dengan-Nya. Membaca surat cinta-Nya, agar mengalir energi ruh yang membara dan menekan segala rasa gundah akibat kerinduan yang belum jelas wujudnya. Bahkan aku tak berani memberi nama...

Sayangku, ...
Pergilah jauh-jauh dariku agar rindu ini lama kelamaan pergi menjauh. Aku hanya ingin merasakan cinta yang satu. Sulit kuberada dalam dua cinta pada saat yang bersamaan. Aku hanya bisa mencintai seseorang dan mencintai apa yang dicintai-Nya di saat bersamaan. Dan ini tak mungkin kudapat dengan memeluk rindu yang belum halal bagiku juga bagimu. Biarlah Dia yang mengatur segalanya. Dia lebih cantik cara-Nya, niscaya kita akan makin terpesona pada-Nya jika kita biarkan Ia memberi kita kejutan-kejutan tak terduga.

Sayangku,...
Kini kuizinkan kau pergi menjauh dari maya jiwaku. Temukan jalan keluar dari labirin kehidupan ini. Jangan pernah lengah, karena itu berarti memperlamamu berputar-putar dalam ketidak pastian. waidza ’azzamta, fatawakkal ’alalloh...(jika engkau telah bertekad, maka bertawakkallah kepada Allah...)

Sayangku, ...
Aku masih menunggu, di sini di tempat kau titipkan aku. Aku akan menyendiri dengan segudang bekal yang berusaha aku kumpulkan. Kelak di syurga engkau kan tahu, bekal apa itu... Aku yakin, bekal kita nyaris sama (Fatazawwaduu, fainna khoiruzzaadittaqwa...maka berbekallah kamu, sebaik-baik bekal itu adalah TAQWA). Insyaallah, jika pertemuan adalah milik kita, tidak pun di dunia, di syurga kita pasti akan sempat melepas rindu ini.




Allah,...
Siapakah dia yang aku sayang? Adakah ini membuat-Mu cemburu? Jika ya, mohon ampuni aku...karena aku tahu, Engkau maha pengampun dan maha lemah lembut. Inilah ungkapan jiwaku. Aku hanya ingin jujur dan melepaskan gemuruh dada. Namun yang pasti, rinduku tak akan kulabuhkan pada dermaga kemurkaan-Mu. Rinduku hanya milik jiwa-jiwa yang merindukan pertemuan dengan-Mu.

Saksikanlah Robb...
Allohumma anta Robbi...laa ilaaha illa anta, subhaanaka inni kuntu minazholimiin....




Monday, July 30, 2007

Barokah, barokah...

Memahami makna barokahnya rizki, terkadang sulit. Apalagi jika kita dituntut me-nyenyumi duit yang hanya cukup buat seminggu padahal masih ada 3 minggu lagi. Pasti rata-rata kita sepakat bahwa itu tak akan cukup. Yah, senyum kala itu terasa pahit di hati, rumit di akal, dan seterusnya dan seterusnya. Tapi ini ada kisah menarik yang baik untuk kita simak.
Seorang istri yang memandang nelangsa pada rupiah yang ada di tangannya. Hanya cukup untuk biaya beberapa hari dan itupun masih ditambah dengan pengeluaran tak terduga yang tak terjadwal sebelumnya. Masih ada beberapa hari lagi yang belum tau darimana diperoleh anggarannya sebelum jadwal menerima salary bulan berikutnya. Si istri menatap uang tersebut sambil diikuti pandangan suaminya yang sangat-sangat mengerti apa yang kini menggelayuti pikiran istrinya.
Maka ia mendekati istrinya dengan senyum yang tak bisa dipahami istrinya. Masih bisa tersenyum?
Tanpa menunggu keluhan dari lisan istrinya, sang suami langsung berujar " Bu, jika di dalam rizki kita itu ada barokahnya, insyallah dana yang sedianya hanya cukup buat seminggu bisa kita nikmati untuk sebulan." Maka si istri tersenyum nestapa. Alangkah simplenya suamiku. Hukum fisika mana, prinsip ekonomi mana, rumus matematika apa yang bisa menjelaskan fakta irrasional barusan?
Lalu detikpun berlalu tanpa debat yang menambah beban masalah, begitu si istri berfikir. Yah, tahu apa suamiku tentang benang kusut yang kini memintal otot2 kepalaku?
Jangan tunggu keajaiban itu terjadi sebelum kita tahu betapa dia memang selalu hadir buat orang-orang yang yakin. Bersambung........

Wednesday, July 4, 2007

Bicara Soal Jama'ah

Syarat diterimanya amal sholeh seorang hamba ada dua. Betul niat dan benar caranya. Itulah sebabnya kenapa Bab Niat berada pada awal pembahasan di dalam hadits-hadits yang dirangkum oleh Muhaddits, contohnya Imam Nawawi rahmatullah 'alaih. Jadi, asalkan betul niat dan benar caranya, tak ada alasan bagi kita bahwa amalan seseorang tertolak.

Entah kenapa, akhir-akhir ini saya tertarik membaca buku-buku yang terkait dengan permasalahan ummat Islam di dunia. Khususnya di Indonesia, lebih khusus bil khususnya lagi di sekitar tempat tinggal saya di komplek perumahan Unand Ulu Gadut Padang.

Perkembangan dakwah yang belakangan mulai menjamur telah melahirkan beragam jama'ah da'wah yang pada prinsipnya ingin mengajak manusia menuju penghambaan kepada Allah SWT, dengan panduan sempurna yang diwariskan oleh pemimpin spektakuler alam semesta ini. Siapa lagi kalau bukan rosulullah SAW.

Dalam opini singkat saya ini, saya ingin bercerita tentang fenomena dakwah yang terjadi khusus di lingkungan saya. Dan kita berbicara khusus tentang jama'ah yang benar tauhid dan aplikasi syari'atnya saja. Selain dari itu saya kesampingkan dulu. Sebab saya bukanlah seorang ahli dalam hal ini. Khawatir nantinya saya malah melahirkan opini baru jika ada yang tergelitik dengan pembahasan saya.
Jama'ah Tabligh. Yah, saya ingin bercerita tentang pengalaman luar biasa saya berinteraksi dengan jama'ah ini. Jama'ah yang seringkali diidentikkan dengan sebutan jama'ah jenggot dan celana gantung. Bakan kalau yang ekstrim juga menyebutnya jama'ah kompor, jama'ah siwak dan sebagainya.

Saya ingin berbagi kepada teman bagaimana pandangan dan penialaian saya terhadap jama'ah ini selama 9 tahun mengikuti perkembangannya. Ayah saya termasuk salah seorang yang bergabung dalamjama'ah ini.

Diawal-awal ayah memilih bergabung dengan jama'ah tabligh saya cukup keberatan. Pasalnya, saya terkejut dengan perubahan besar yang terjadi pada ayah. Ayah yang dulunya tak akan pergi kerja kalau belum memasukkan kemeja beliau dengan rapi, ayah yang dulunya juga senang duduk bersama kami menonton TV, kini tiba2 tiba berubah secara drastis. Sampai-sampai TV kami dijual. Saya sempat jengkel dengan segala perubahan ayah. Namun lambat-laun saya merasakan manfaat dari perubahan ayah tersebut. Salah satunya TV. Dengan tidak adanya TV di rumah telah membuat kami sibuk dengan kegiatan membaca buku saat orang-orang sibuk menonton sinetron.

Hingga suatu hari saya meminta ibu mengundang salah seorang teman ayah untuk berdiskusi langsung dengan saya tentang apa dan bagaimana sebenarnya jama'ah Tabligh. Beliau yang diundang termasuk seorang yang cukup jelas terpancar wajah kesholehannya di mata kami, padahal dulunya beliau seorang biasa dan bergaul dengan preman sekitar tempat tinggal kami.

Diskusi saya dengan beliau merupakan keanehan tersendiri buat saya. Saya yang nyantri di pesantren puteri kala itu sama sekali tdak terbiasa berkomunikasi dengan laki-laki. Tapi, entah kenapa keingintahuan saya yang begitu besar membuat saya lupa akan kegugupan saya selama ini jika berhadapan dengan laki-laki, terutama yang sekaliber ustadz.

Sejauh diskusi saya dengan beliau, beliau banyak mengutip landasan2 syar'i yang menurut saya tidak ada kesan mempertahankan ego jama'h. Semuanya masuk akal dan menyentuh ruhani. Sampai-sampai menyinggung soal pakaian muslimah yang diwajibkan syari'at. Beliau katakan, pakaian isteri beliau juga sama dengan yang saya kenakan. Menutupi semuanya kecuali muka dan telapak tangan. Diskusi ini adalah pencerahan pertama kalinya bagi saya tentang prinsip tabayyun dan kala itu saya masih di bangku SMU kelas 1.

Lama berinteraksi dengan jama'ah ini secara tidak langsung saya mulai menikmati keragaman yang terjadi di rumah. Penerimaan terhadap perbedaan saya rasa cukup membuahkan semangat mencari dan beramal lebih sungguh-sungguh. Saya yang notanbene merupakan pengikut jama'ah tarbiyah, merasa tertantang untuk membuktikan kepada ayah bahwa saya dan ayah berada di bawah satu payung yakni payung da'wah Ilallah. Tak peduli dari jama'ah apapun. Bukankah Al-jama'aturrahmah walfirqotul 'adzaab? (berjama'ah itu rahmat dan bercerai-berai itu akan mendatangkan adzab?)
Jadi, singkatnya terjadilah proses take and give. Dimana saya mulai mengambil apa-apa yang bisa membuat saya makin meningkat dari segi kualitas. Di dalam manhaj da'wah ini saya temukan mujahadah yang begitu besar dalam mencintai kekasih Allah dan mengikuti sunnah beliau. Ada samudera yang tenang di dalam hati saya saat saya tahu ternyata di dalam setiap perbedaan itu saya bisa menggapai sakinah. Karena dengan demikian makin mengertilah saya bahwa Allah telah menyiapkan kader-kader da'wah yang siap diterjunkan ke lapangan dengan muyulnya masing-masing.

Dalam jama'ah ini dikenal sebuah metode da'wah fardhiyah yang cukup konsisten dan membangunkan kesadaran bahwa kita akan merasakan kecintaan mendalam kepada Allah SWT sebanding denga pengorbanan kita untuk agama-Nya dan dalam meraih Ridho-Nya. Khuruj(keluar) di jalan Allah adalah salah satu metode da'wah yang digerakkan secara konsisten dalam da'wah tabligh ini. Kalau saya terangkan disini, mungkin akan menghabiskan halaman yang banyak. Mudah2an saya bisa membahasanya lain kali. Intinya, dalam khuruj ini, da'wah diperkuat dengan 'amal infirodhi dan jama'i di masjid2 yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan setempat. Dan diutamakan bagi masjid-masjid yang nyaris tanpa jama'ah. SElanjutnya dalam khuruj ini pula mereka menyeru masyarakat setempat untuk meramaikan masjid. Subhanallah...ternyata dari pengamatan saya, masjid yang mereka tinggalkan rata2 kembali hidup dengan ramainya jama'ah karena tersentuh dengan nilai2 ruh yang mereka coba sispkan. Proses tranfer energi ruh. Mungkin itulah konsepnya. Namun tidak dipungkiri juga bahwa ada beberapa tempat yg mereka kunjungi, justru mendapatkan hujatan dan pengusiran. Namun saya makin salut dengan bertambahnya kecintaan mereka kepada da'wah ilallah. Jadi begini, jika da'wah diterima, itu merupakan nilai tambah bagi orang2 diluar mereka(pastinya buat mereka juga jika ikhlas). Namun jika da'wah ditentang, ini merupakan hadiah dari Allah untuk mengokohkan kecintaan mereka (sesuai dengan hukum aksi-reaksinya Issac Newton). Makin ditentang, makin bersemangat. Masyaallah!!! ini pasti luar biasa.
Mari kita lanjut...

Lama saya menikmati kesejukan ini, hingga suatu hari saya mendengar sesuatu yang menyakitkan. Karena pada prinsipnya kita seakidah dan bersaudara. Ibarat satu batang tubuh. Jika yang lain dihina dan disakiti, semuanya akan merasa sakit. Itulah saya. Ketika dalam sebuah pertemuan saya mendengar pernyataan bahwa da'wah tabligh tidak mendapat tempat di hatinya (sang pembicara). Tiba-tiba saya merasa tersakiti. Dengan pernyataan beliau yang memojokkan dan mengatakan ketidak sempurnaan manhaj da'wah tabligh ini. Tidak syumul uhkti...begitu katanya.

Jujur saja, meskipun saya selama ini tergabung dalam jama'ah tarbiyah, saya tidak pernah merasa paling baik dan paling syumul atau sempurna dan menyeluruh. Konsep "tak ada gading yang tak retak" pastilah berlaku kapan dan dimana saja juga di harokah mana saja. Hanya Allah pemilik kesempurnaan.

Inilah yang terjadi hari ini. Kita terkadang menutup telinga dan merapatkan diri dengan jama'ah tanpa mau mengamalkan konsep tabayyun. Ingatlah, jika kita selalu berada di dalam tempurung, niscaya kita merasa, tempurung itu adalah tempat terluas di alam semesta ini. Cobalah sesekali memasuki dunia yang berbeda tanpa takut terjerembab lalu jatuh ke dalamnya. Untuk apa? untuk mengajarkan diri kita bahwa kita punya sisi kelemahan yang seharusnya kita perbaiki.

Bagi para asaatidz yang sudah dalam ilmunya, tidak saya temukan nada miring jika berbicara soal perbedaan jama'ah. Semua itu saya yakin karena kedalaman mereka memandang sebuah persoalan. Persoalan ummat hari ini adalah sibuk mencari perbedaan bukan berusaha mencari persamaan dan melegkapi kekurangan. Kita tidak boleh kalah oleh ego sesaat.

Yang seharusnya kita lakukan adalah memperbaiki diri dan lingkungan.

Jadi, saya punya pengalaman unik.
Alhamduillah saat ini, di lingkungan saya telah ramai dengan kemajuan pengamalan Islam secara bertahap. Ternyata Jama'ah tablighlah yang mendominasi jatah da'wah di lingkungan saya. Ibu-ibu rumah tangga, yang notabene awwam dengan ilmu agama, makin rajin berkunjung ke rumah untuk bertanya seputar khuruj masthurah (keluar bersama suami mereka) kepada saya. Karena mereka menganggap saya bagian dari jama'ah ini sebab ayah adalah salah seorang amirnya. Secara ego, hati saya menuntut untuk mengarahkan ibu-ibu ke tarbiyah mingguan saja. Tapi itu tidaklah dominan di hati saya. Saya kembalika lagi ke konsep da'wah : mengajak manusia ke jalan Allah dengan mau'izhah hasanah dan hikmah agar menyembah Allah dan mengingkari thoghut...
"Ilallah" bukan ilaa partai, bukan ilaa harokah tertentu. Tujuan akhir kita adalah agar manusia kembali pada fitrahnya. Masalah bergabung tau tidaknya di partai kelak adalah sejauh mana kita bisa meyakinkan bahwa Daarul Isllah dan Daarul 'adl harus tegak di muka bumi ini dan hukumnya adalah fardu kifayah. Wallohu a'lam
Insyaallah akan saya lanjutkan lain waktu. Saya yakin ini belumlah cukup untuk menyampaikan maksud saya. Tapi satu hal, Rosulullah menyatakan bahwa dari 72 kelompok ummat Islam hanya satu yg benar. Yaitu yang mengikuti sunnah beliau dan mereka tergabung dalam jama'ah. Insyaallah kita bisa bertanya ke hati nurani, sudahkah saya terkategori dalam kelompok ini? Mari bergabung dalam jama'ah agar Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya bagi kita.

Thursday, June 7, 2007

KRITERIA, gitu???

Bismillah...

Kapan Kawin????
Mey....Maybe yes, maybe no...Heeeeee
Pasti tau kan, itu iklan apa?
Yah,...meskipun singkat, sebuah iklan sebenarnya bisa menjadi sebuah serial berdurasi 2,5 jam. Tul ga? kalau mau dijadikan sebuah cerita pendek jg bisa.Ceritanya kira2 begini:
Seseorang ditanya soal kapan akan menikah. Dan ia ga tau jawabannya apa. Kalau aku menebak sih, karena emang dia belum ketemu yang cocok di hati, lalu dia mencoba membuat lelucon agar ga terkesan rikuh dengan pertanyaan sensitiv tersebut. Kali yg lain pikirannya lain dg aku? jawab sendiri aja...pokoke, jadikan ini cerita berdurasi 2,5 jam.heeee

Tapi aku bukan mo ngebahas siapa dan bagaimana si bintang iklan tersebut. Aku mau membahas tentang alasan umum dan klasik yang biasanya menghiasi jawaban, ketika seseorang yg sudah pantas menikah, ditanya soal KAPAN MENIKAH, bukan kapan kawin lho, yah....

*Pertama sekali, tentu KRITERIA
Kriteria, yang dijadikan standar untuk menyatakan siap menerima sang pasangan hidup. Rumit terkadang, tapi itulah manusia. Ia unik dan keunikan itu menggiringnya menuju suatu standar mutu pasangan hidupnya kelak. Dari sini, timbul sebuah pertanyaan. Dari sekian triliyun bahkan lebih manusia yg pernah dan sedang menghuni bumi ini, ada ga ya, yg ga punya kriteria buat calon pendampingnya kelak? Sudah pasti jawabannya tidak ada. Karena sebodoh2 orang, dia punya kehendak dan naluri sosial lainnya.

Tapi, bicara soal kriteria lagi, kenapa seringkali ada orang2 tertentu yang tak berdaya mengucapkan kriterianya itu lewat kata? hanya di pendam dalam relung terdalam seraya berdo'a...YA ROBBII BERIKAN AKU PASANGAN YANG TERBAIK MENURUT ENGKAU DAN AKU AKAN RIDHO DENGAN KETENTUANMU ASALKAN ENGKAU RIDHO....Bukan berarti ia tak punya kriteria. Ia lebih suka meredamnya dalam dada agar senantiasa tercatat sebagai orang yang berupaya mencari Ridho-Nya. Agar hanya ia dan Dia yang tahu...

*kedua???
*ketiga....????

Wednesday, May 9, 2007

Perempuan Hebat

Al ummu madrosatul Ulaa...

Kata "perempuan" tak pernah sepi dari dunia perbincangan. Siapapun itu. Apakah dari kaum yang berjenis laki-laki, atau bahkan oleh perempuan itu sendiri. Kalau mau mengkalkulasikan, dari 10 lirik lagu yang beredar di dunia musik, sekitar 5 ,6 atau bahkan 7 temanya adalah seputar perempuan. Baik sanjungan, kekecewaan pada perempuan, atau bahkan pelecehan yang membuat pendengarnya melakukan berbagai reaksi, ada yang manggut-manggut membenarkan, ada yang kompalin, minimal bersungut-sungut "Dasar gak punya malu!!!"
Tapi, be de we apa harus seperti itu? Bahkan hingar-bingar Eksploitasi perempuan untuk memperkaya kaum kapitalis telah menulikan telinga banyak orang sehingga tak mampu mengusik kejengahan mereka terhadap pelanggaran hak-hak mereka dalam memperoleh pemandangan yang halal lagi mendatangkan manfaat.
Kali ini saya juga mau berbicara tentang perempuan. Barangkali karena saya juga termasuk salah satu dari sekian banyak perempuan yang peduli dengan status gender ini. Tapi saya igin mengajak pembaca melirik kasus perempuan dalam terminologi manfaat yang bisa diraup dari perempuan-perempuan hebat. Manfaat? yah, saya katakan, perempuan telah berkontribusi memberi manfaat bagi miliyaran manusia yang pernah berdomisili di planet bumi ini.
Saya teringat pertanyaan teman kepada saya beberapa waktu lalu. "Kenapa kalo ada rapat-rapat kepanitiaan, yang jadi seksi konsumsi selalu cewek?" waktu itu saya cuma bilang, ya,...karena buat seksi perlengkapan juga selalu dilakoni cowok. Abis, saya mo jawab apa? Malas berargumen sesuatu yang tidak saya sukai juga pada prinsipnya.
Seiring waktu, akhirnya saya temukan bahwa saya salah. Hari ini, di kampus saya, atau di kepanitiaan lain luar kampus justru saya temukan perempuan-perempuan hebat yang melakoni berbagai bidang kepanitiaan tidak terkecuali seksi perlengkapan.
Artinya apa? telah terjadi perubahan besar dalam kurun waktu yang tidak lama dalam diri, dalam sosok perempuan. Sementara saya belum banyak melihat laki-laki yang turun tangan dalam pekerjaan yang dilakoni perempuan pada umumnya. Contohnya banyak, bidang konsumsi salah satunya, pendirian tempat penitipan anak salah "dua"nya, apa lagi? temukan sendiri...
Lantas? Inilah yang mengusik saya. Perempuan tidak pernah kering dari perubahan-perubahan. Karena konon, dibanding laki-laki sebenarnya mereka dibekali kecerdasan emosi yang cukup berlebih dibanding laki-laki (maaf, ini tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada kaumnya ayah dan kakak laki-laki saya). Sementara, buat kecerdasan intelegensi, laki-laki berada pada peringkat kesatu di atas perempuan rata-rata.
Kecerdasan emosi adalah resep kesuksesan wanita. Itulah kesimpulan sementara saya. Dengan perasaan halusnya, dia mampu membaca kebutuhan zaman. Siapa yang tau, dibalik kelemahannya, perempuan menyimpan energi potensial perubahan besar dalam masyarakatnya?
Pagi hari, saat segala aktifitas bermula, siapa yang pertama kali berperan dalam rumah tangga? Bukankah pagi hari identik dengan sarapan pagi? baju yang disetrika rapi dan wangi? taman-taman bunga yang asri, rumah-rumah yang jendelanya terbuka lebar mempersilakan udara pagi singgah mengipasi aroma pagi ke dalam rumah yang berjendela. Siapa dibalik itu semua? perempaun? iya. Siapa saja yang di pagi harinya menemukan suasana yang saya sebut tadi, insyaallah saya jamin kesuksesan tidak akan jauh darinya di siang harinya.
Perempuan-perempuan hebat itu ada di sekitar anda. Coba temukan mereka dalam lezatnya hidangan, dalam nyamannya wewangian, dalam lucu cerianya anak-anak bangsa, dalam asrinya taman-taman, dan dalam rapinya berkas-berkas di rak buku.
Tapi, sayang seribu sayang, saya masih temukan perempuan-perempuan malang yang menyatakan bahwa dirinya adalah makhluk termalang di dunia. Apa pasal? dia bialng, dia ga pintar masak, menjahit pakaian sobek, bahkan menyetrika pakaianpun ia butuh privat, Olala,....Ibu pertiwi pasti bersedih lagi... Ga boleh begitu donk,...wanita tidak zamannya lagi ngaku-ngaku ga bisa masak, etc. Wanita itu majalahnya paling banyak (kata Syaikoji), model bajunya paling ribed, kosmetikanya paling komplit, so? masa masih ngaku- ngaku ngga pintar ini itu? kurang baca kali.....
Konsep yang kudu hadir dalam pikiran perempuan hebat adalah "Saya tidak mau kelak seseorang melirik saya karena fisik, karena fisik yang indah tipuan kulit semata. Bagaimana kalau kuliat yang membungkusnya dikelupaskan ruas demi ruas?" yang tersisa seharusnya lebih mahal dari yang dibuang. Artinya, inner beautynya lebih mahal dibanding tampilan fisik yang menawan, meskipun saya tidak memungkiri ini juga harus menjadi perhatian.
Last but not least, Wanita dari perspektif agama, ibadah yang ia lakukan di rumah-rumahnya dengan keikhlasan bisa menyamai ibadahnya seorang laki-laki di medan perjuangan. Allah is Great!!!!!

Thursday, April 26, 2007

AURA KEHIDUPAN


 

Jika cinta menyerupai air pada beberapa karakter dasarnya, maka sifat utama air yang melekat padanya adalah fakta bahwa air adalah sumber kehidupan. Jika cinta adalah gagasan tentang bagaimana menciptakan kehidupan yang lebih baik, maka tindakan utamanya adalah memberi untuk menumbuhkan, maka kekuatan pesona utama seorang pencinta adalah aura kehidupan yang memancar di dalam dirinya.

Aura kehidupan. Ya, aura kehidupan. Ia membuat orang-orang di sekelilingnya merasakan
denyut nadi kehidupan, merasakan hamparan keindahan hidup, merasakan alasan untuk bertumbuh demi merakit pemaknaan tiada henti terhadap kehidupan. Ia, intinya membuat orang-orang di sekelilingnya merasa hidup. Sebab ia menebar benih kehidupan di lading hati mereka.

Aura kehidupan. Ya, aura kehidupan. Sebab ia memiliki dan menggabung tiga pesona utama para pencinta: pesona raga, pesona jiwa, pesona ruh. Ketiga pesona itu terbingkai rapi pada sebuah “akal besar” yang menerangi kehidupannya dan kehidupan orang-orang di sekitarnya.

Maka mendekat-dekatlah padanya, niscaya engkau kan merasakan betapa air kehidupan serasa mengalir pada setiap sudut jiwa dan ragamu. Maka tataplah matanya, niscaya engkau kan merasakan gairah kehidupan yang memberimu semangat baru untuk terus hidup, terus melanjutkan hidup. Maka dengarlah kata-katanya, maka engkau kan merasakan betapa
engkau layak dan pantas mendapatkan kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang lebih
baik.
Dan jika Tuhan mengijinkan engkau merasakan sentuhannya, niscaya engkau kan merasakan betapa air kehidupan mendidih dalam tubuhnya. Dan jika Tuhan memperkenankanmu hidup berlama-lama dengannya, niscaya engkau kan merasakan betapa perlindungan dan penumbuhannya membuatmu terengkuh dalam rasa aman dan nyaman.

Engkau bahkan tidak pernah begitu yakin tentang pesona apa yang pertama kali menawanmu. Apakah kulit hitam yang tidak dapat menyembunyikan cahaya matanya? Atau kelembutan bawaan yang tidak dapat menutup-nutupi keberaniannya? Atau diam panjang yang tidak
mampu menghalangi ilmu dan wawasannya? Atau badan kurus yang dijelaskan oleh puasa dan pengendalian dirinya? Atau? Tidak! Semua tampak menyatu dalam dirinya:ruh yang halus, jiwa yang lembut, terbungkus dalam raganya yang kokoh, terangkai dalam perilaku yang terbimbing akal besarnya. Tapi itu semua ada dalam dirinya. Dan ketika ia keluar, ia hanya memancarkan satu hal: aura kehidupan. Dan itulah yang engkau rasakan dan mungkin sekali tidak engkau ketahui asal muasal dan akarnya dalam dirinya. Dia bukan sebuah profilyang sempurna. Dia
hanya sebuah kehendak yang lebih nyata Dia bukan nabi yang tak mungkin salah. Dia hanya sebuah tekad perbaikan berkesinambungan yang tak henti-henti. Dan itulah aura kehidupan:gairah
yang tidak pernah selesai.
(Dikutip dari majalah Tarbawi.Ditulis Oleh Anis Matta.Diketik ulang Oleh Teteh Manis…….)

Nyanyian Pagi


Assalamu'alaikum Wr.Wb...

Pagi semua...sarapan yuk...:)
Terbangun di pagi hari bersama semangat baru adalah kebahagiaan tak terkira. Berpacu semangat dengan matahari yang senantiasa tepat janji. 
Makanya, ga heran kalo Allah bersumpah demi matahari. Demi makhluk-Nya yang senantiasa taat dalam keadaan apapun.

Buat yang merasa paginya adalah perulangan yang biasa-biasa saja, aku turut berduka
cita deh, pokoknya. Buat aku sendiri, pagi itu adalah inspirasi. Pagi adalah momen pengolahan
jiwa dan raga. Dimana, jiwa diisi dengan mengingat Allah di sepertiga malam terakhir, dan 
dilanjutkan
dengan olahraga ringan yang dapat membuat otot-otot rileks dan siap dipacu ke
arena kompetisi kehidupan yang entah seperti apa. Siapa yang tau?? Selanjutnya bibir dibasahi dengan lantunan dzikir yang disukai Allah dan rosul-Nya. Gerakan-gerakan jasmani keseluruhannya di pagi itu aku rasakan sebagai keajaiban-keajaiban yang entah dengan apa
bisa aku bayar.Alangkah serunya jika perjalanan seharian kita dimulai dengan catatan semangat menggelora.

Terbangun dari kematian sesaat. Aku ga bisa membayangkan jika saja aku tak sempat lagi menatap dunia keesokan harinya setelah ruhku digenggam oleh yg maha menguasai, yaitu
Allah swt. Aku ingin kematianku bukan di tempat tidur, tapi aku merindukan kematian di
tempat aku menanambudi, bermanfaat bagi lingkunganku dan memberi kemanfaatan bagi yang lain. 
Semoga Ia menjawab do'aku...

Untuk itu, aku ingin pagiku hadir kembali di keesokan harinya bersama semangatku yang
lebih baru lagi. Agar aku tahu, bahwa aku tak kalah riangnya bernyanyi seperti burung-
burung yang kutatap dari jendela mungil kamarku. Dan jika saja pagi esok bukanlah milikku, aku berharap, nyanyian burung-burung itu berubah menjadi senandung do'a untuk kebahagiaanku bertemu dengan sangpencinta yang tak sabar menanti kedatanganku. Semoga...Allahumma inni arju ridhooka wal jannah, wa a'uudzubika min sakhotika wannaar...